Pertumbuhan ekonomi global 2023 semakin melambat dari prakiraan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di Negara maju. Koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar dan disertai dengan meningkatnya risiko potensi resesi terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Penghapusan Kebijakan Nol-Covid (Zero Covid Policy) di Tiongkok diprakirakan akan menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Secara keseluruhan, Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 menjadi 2,3% dari prakiraan sebelumnya sebesar 2,6%. Tekanan inflasi global terindikasi mulai berkurang sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global, meskipun tetap di level tinggi seiring dengan masih tingginya harga energi dan pangan, berlanjutnya gangguan rantai pasokan, dan masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa.

Sejalan dengan tekanan inflasi yang melandai, pengetatan kebijakan moneter di negara maju mendekati titik puncaknya dengan suku bunga diprakirakan masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023. Ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai mereda sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke Negara berkembang. Tekanan pelemahan nilai tukar Negara berkembang juga berkurang.

Perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berlanjut didorong oleh permintaan domestik yang semakin kuat. kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan
Pada triwulan IV 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat tetap tinggi yakni 5,01% (yoy), di tengah pertumbuhan ekonomi global yang dalam tren melambat. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan Indonesia secara keseluruhan tahun 2022 tercatat 5,31% (yoy), jauh meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar 3,70% (yoy). The International Monetary Fund dalam World Economic Outlook edisi Januari 2023 juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4.8% di tahun 2023

Pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5-5,3%, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global. Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM). Investasi juga diprakirakan akan membaik didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta berlanjutnya penyelesaian Program Strategis Nasional (PSN). (PSN). Ekspor diprakirakan tumbuh lebih rendah akibat melambatnya ekonomi global, meskipun akan termoderasi dengan permintaan dari Tiongkok.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2022 tercatat tetap kuat di seluruh wilayah Indonesia, meskipun ada sebagian daerah yang melambat. Pertumbuhan ekonomi tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Bali-Nusa Tenggara (Balinusra), Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.

Market Outlook 2023 dari Tim Financial Expert Ajaib Sekuritas menyebut bahwa berdasarkan pertimbangan kondisi makro ekonomi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan kokoh. IHSG berpotensi bergerak di atas level 7.000-7.200 di tahun 2023. Beberapa sektor pilihan yang berpeluang untuk mengalami akselerasi di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global saat ini hingga beberapa periode ke depan, yakni seperti sektor keuangan, metal mining dan consumer, serta telekomunikasi cukup memiliki prospek dan ketahanan yang baik.

Performa IHSG di tahun 2023 juga akan diwarnai oleh pesta demokrasi yang akan digelar pada tahun 2024 mendatang. Secara historis, performa IHSG satu tahun (12 bulan) sebelum diselenggarakan pemilu presiden dalam tiga periode terakhir, sebagian besar ditutup menguat. Misalnya pada pemilu periode 2009, 2014, dan 2019, saat IHSG mengalami penguatan masing-masing sebesar 13,2%, 10,9% dan 7,7%.

Sumber:
1 | 2

Categories: News