Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda berpendapat permintaan properti kelas menengah dan menengah atas pada semester I tahun 2019 belum mengalami peningkatan signifikan karena terpengaruh isu politik hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Di segmen tersebut, pembelian rumah pada umumnya bukan untuk pembelian rumah pertama dan cenderung ke investasi, sementara investor biasanya lebih sensitif terhadap isu politik dan keamanan.

Sementara itu, tingkat permintaan properti dengan harga di bawah Rp500 juta lebih positif ketimbang kelas menengah ke atas sejak awal tahun 2019 ini. Ia mencatat peningkatan untuk segmen tersebut mencapai 78 persen dibandingkan dengan jelang berakhirnya semester I tahun lalu karena segmen hunian di bawah Rp500 juta ini relatif tidak terpengaruh isu politik.

Adanya peraturan baru tentang pajak hunian mewah seharusnya bisa menjadi stimulus positif dan membantu mendorong pasar properti pada kuartal mendatang.

Seperti diketahui, pemerintah telah memberikan relaksasi pajak untuk hunian mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Aturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 86/PMK.010/2019 tentang Perubahan atas PMK Nomor 35/PMK.010/2017 tentang Jenis Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor Yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Melalui aturan ini, pemerintah membebaskan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) bagi hunian mewah yang nilainya di bawah Rp 30 miliar. Upaya ini dilakukan guna mendorong penjualan properti pada segmen tersebut.

Colliers mencatat, pengembang dan investor asing terus mengeksplorasi dan berinvestasi dalam pengembangan usaha yang sebagian besar berada di wilayah Jabodetabek.

Dari sisi kerjasama antara investor global dengan pengembang lokal, prospek bisnis properti Indonesia diprediksi memiliki masa depan yang cerah dengan masuknya investor global di sektor properti, salah satunya adalah CFLD International.

Perusahaan pengembangan properti dan kawasan industri berskala global asal China ini disebut-sebut memiliki komitmen investasi mencapai angka Rp19,5 triliun hingga 2020. Mereka sendiri sudah berkiprah menggarap proyek besar di Indonesia sejak 2016.

Investor global seperti ini banyak menyokong dalam aspek permodalan, sehingga diharapkan mereka bisa membawa harapan yang bagus ke depan bagi bisnis properti Indonesia, menurut opini Executive Director Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda.

Salah satu proyek teranyar adalah kerja sama pembangunan pusat perbelanjaan di Tangerang New Industry City (TNIC) antara CFLD International dengan perusahaan pengembang pusat perbelanjaan asal Singapura, Samanea. Kedua raksasa pengembang properti ini telah menandatangani pembelian lahan seluas 7,6 hektar pada 6 April 2019.

Kawasan TNIC terletak sejauh 20 kilometer dari Bandara International Soekarno-Hatta dan 30 kilometer dari CBD Jakarta. Wilayah ini diprediksi dapat berkembang menjadi pusat inovasi sehingga mampu memberikan peluang bagi perkembangan wilayah tersebut dan menjadikannya sebagai pusat perbelanjaan modern di wilayah barat Jakarta.

Selain itu, proyek TNIC ini juga bertujuan untuk membangun platform yang dapat menghubungkan calon investor lainnya dengan para pedagang dan konsumen.

Menurut Ali, masuknya permodalan global dengan menggandeng rekanan lokal yang lebih sadar dan paham kondisi dalam negeri, juga menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia punya daya tarik serta prospek menarik, meskipun Indonesia merupakan salah satu negara di Asia-Pasifik yang harga lahannya masih relatif rendah.

Berdasarkan data Real Estate Indonesia (REI), penetrasi pengembang global makin intens dalam tiga tahun terakhir, dengan total nilai investasi hingga Rp105 triliun. Kerja sama ini diprakarsai antara lain oleh CFLD International dengan Alam Sutera, Mitsui dengan Summarecon, Hyundai dengan Metland, dan masih banyak lagi.

Pascakongres The International Real Estate Federation yang mengagendakan pertemuan bisnis antara anggota Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) dengan 17 perusahaan pengembang global di Nusa Dua, Bali, Desember 2018, kerja sama investor global dengan lokal memang sedang digenjot.

Melalui pertemuan antara pemodal global dengan pengembang lokal tersebut, REI menargetkan peluang kerja sama menggarap lebih banyak segmen bisa semakin terbuka lebar, termasuk hunian terjangkau, yang saat ini permintaannya sangat besar di Indonesia.

 

Sumber:

1 | 2 | 3

 

Categories: News